Sabtu, 25 Mei 2013

No one POV



Ranu terduduk di sofa besar ruang tv, darah menyelimuti sekujur tubuhnya, bau amis dimana mana, lantai putih itu menampakan jejak jejak merah gelap

KRAUK KRAUK

ia mengunyah camilan dari kentang itu dengan gerakan cepat, gigi giginya dengan buas menghancurkan kentang kering itu seperti hamer

Sebelah tangannya terangkat, jarinya tak henti mengutak atik remote tv, membulak balik saluran ratusan kali sejak sejam yang lalu

Pandangannya seperti orang mati mata coklatnya memudar menampakkan sinar abu yang suram


1 JAM LALU



"kau tidak apa apa ?" tanya vino, ditatap adiknya itu dengan sangat khawatir

Ranu menggeleng lemah, sebelah tangannya terbalut verban dan kapas, dokter telah menjahit lengannya yang robek

"sebaiknya kau istirahat dulu..aku akan mengambil minum untukmu" kata vino

Ia akan beranjak ketika ujung bajunya ditarik oleh Ranu

"jangan tinggalkan aku..kak"

Mata coklat itu sangat bening

"baiklah" ujar vino, ia menunduk rendah dan mengecup bibir adiknya

"aku takut kak.." ucapnya terdengar seperti memohon

" tidak apa apa sayang"
Vino mengusap pelan rambut Ranu

"sekarang tidur ya" bujuk vino, ia meraih bahu Ranu dan menengelamkannya di atas kasur miliknya

"aku tidak bisa tidur ka...aku nggak mau tidur" ranu menggeleng di atas kasur, tangan vino masih bertengger di pundaknya

"gimana kalau aku yang bikin kamu tertidur..."

Vino melepas sentuhannya dan berjalan ke arah lemari pakaian

"kak ?" Ranu memandangnya bingung

Vino mengeluarkan jaket hitam dari lemarinya dan memperlihatkannya pada ranu

Ranu masih menatapnya bingung

Vino tersenyum dan mencampakn jaket itu ke sebelah Ranu, ia juga melempar masker coklat bergambar tengkorak

Matanya terbelalak, ia mulai menyadari sesuatu

Ranu mengangkat wajahnya cepat dan menatap vino yang menyeringai , pandangannya turun ke sebilah pisau yang tiba tiba sudah tergenggam ditangannya


"fufufufu..kau tidak mau tidur kan.." vino terkekeh perlahan mendekati Ranu

"kak vino..!?" suaranya bergetar

Langkah vino terhenti

"kakak? Fufufu...aku memang kakakmu ehm, tapi namaku bukan vino, vino sedang tidur di sini"
Ia terkekeh dan menunjuk dadanya saat ia berkata 'disini'

"apa maksudmu..."

Vino menatap Ranu, senyumnya semakin mengembang

" aku alter egonya vino, belum tau ya ? Vino itu pengidap D.I.D (kepribadian ganda), dia sangat merahasiakan keberadaanku"

Ranu menatapnya, ia tidak bisa berfikir jernih, otaknya macet begitu saja, tapi ia mendengarkan perkataan orang dengan tubuh vino dihadapannya

"vino tidak tau kalau aku menyuruh orang untuk membunuhmu eh hihihi"
Ia tertawa seperti badut

Ranu mengernyit, pendengarannya terasa pengang

"apa alasanmu ingin membunuhku ??"

Ia tidak mengerti apa yang ia tanyakan tapi kata kata itu meluncur begitu saja

"kau tidak lihat ? Aku ingin menguasai tubuh ini tolol! Semakin vino terpuruk semakin lemah pribadinya dan disitulah kesempatanku untuk mengambil alih dan membunuhnya secara perlahan"

"tidak akan!!" Ranu mencicit, ia rasa kerongkongannya sangat kering. Sebenarnya ia sangat ketakutan saat ini

Vino mengangkat pundaknya

"sekarang saja aku sudah bisa berswitching tanpa perlu menunggunya tertidur, biasanya aku hidup pada malam hari, kau tau kenapa ?"

Vino berhenti sejenak menunggu komentar dari Ranu, tapi ia terlalu tidak sabaran

"karena kau terluka! Baru segitu saja dia sudah drop eh ? Apalagi aku membunuhmu. Sudah bisa dibayangkan bukan ?"

Vino terkekeh

"aku lahir dari saat vino patah hati pada leona, aku musti berterima kasih pada gadis itu" .vino masih melanjutkan bicaranya

"kau makhluk rendahan!!" pekik Ranu

Vino menerkam remaja itu,mengunci tubuhnya dibawah dirinya di atas kasur, ia menatap Ranu buas seperti singa kelaparan, kemudian melumat bibirnya

"kau akan mati sebentar lagi sayang, tak apa kita bersenang senang dulu eh fufufu"

Ia menjilat wajah Ranu dan mengecapnya seperti juri masakan

" lebih baik bunuh saja aku" geramnya , remaja itu tidak sungguh sungguh berbicara, tubuhnya bergetar nyatanya ia sangat takut. Matanya tertutup rapat

"oke jika itu maumu hon~"

Vino mendorong wajah Ranu ke atas hingga lehernya yang jenjang terekspos, jadi ia lebih leluasa untuk menikamnya dengan pisau peraknya

Ranu menahan nafas,

apa ia akan benar
benar mati sekarang?.....
Tapi tidak apa apa kalau ia harus mati ditangan kakak tercintanya. Pikir Ranu

Ia tidak tau tapi sejak tadi ia tidak berhenti berdoa, ntah apa yang ia doakan. Mungkin hanya untuk menutup rasa takut dan tegangnya


"get die !!"



CLEB


Tubuhnya melemas, untung sebelum mati tadi ia terus berdoa jadinya tusukan itu tidak terasa. Pikir Ranu dengan mata terpejam

Ia terkekeh kemudian tercekat kaget karena ia dapat memdengar kekehannya sedang ia sudah mati

Kemudian ia merasakan cairan hangat mengguyur tubuhnya, ada yang jatuh disamping tubuhnya

Perlahan Ranu mulai membuka matanya

"kak vino!!" Ranu menjerit histeris

Kakaknya tergeletak disampingnya dengan pisau menancap dijantungnya

Ranu meraih tubuh kakaknya perlahan dan memeluknya hati hati
Ranu menangis sejadinya

"kakak..." tangisnya terhenti saat tangan vino bergerak merangkulnya

"aku cinta kamu Ranu..." ucap vino di sisa sisa nyawanya, ia mendorong wajah ranu mendekat dan mencium bibir mungilnya hati hati

Ranu dapat merasakan darah vino mengisi mulutnya, tanpa sadar ia menelannya
Rasanya seperit ikan mentah...

Ranu menyentuh pisau yang menamcap di tubuh kakaknya

"jangan dicabut..ra...bakal sakit banget...biar kakak mati seperti ini aja..kakak senang akhirnya..bi..sa..melindungimu" cegah vino susah payah

Kemudian Ranu mengangguk dan kembali metatap kakaknya yang ternyata sudah tidak bersuara lagi


..................







CRAUK CRAUK

Ranu masih terus mengunyah keripik kentangnya tanpa jeda, tubuhnya meringkuk di atas sofa, masih membulak balik saluran tv

Ketika itu terdengar suara bel rumah berbunyi

Ia menghampiri pintu depan dengan langkah terseok seok

Jejak merah memanjang di setiap seretan kaki telanjangnya

Ia memutar gagang pintu perlahan
Pintu terbuka pelan pelan.


tampak sosok berjaket hitam dan memakai masker coklat tengkorak berdiri dengan wajah tertunduk





END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar